Ayah Granit Xhaka Gol

 Betul, ayahku dipenjara sepanjang tiga 1/2 tahun dan pemicunya ialah ia perjuangkan hal yang ia yakin," tutur Granit Xhaka ke Blick pada 2014. Slot Judi Online "Itu bukan subyek tabu di keluarga kami. Kami bicara mengenai itu. Agar bagaimana, saya ingin tahu apakah yang terjadi."

Itu saja yang Xhaka katakan ke khalayak. Kurang, tidak lebih. Ulasan yang serupa baru kembali keluar mulut Xhaka saat David Hytner, wartawan Guardian, menginterviunya pada November 2017.

Delapan hari berlalu situs situs Arsenal berisi interviu sama.

"Kemampuan psikis datang dari didikan," tutur Xhaka ke Arsenal Player. "Masalah background dan keluarga, saya tidak pernah seterbuka di interviu terkini. Itu periode susah untuk orang tuaku. Saya belum lahir. Saya rasa kemampuan psikis datang dari rumah.

"Sepanjang yang saya tahu, Slot Online Terpercaya beberapa bulan awal [dalam penjara] baik saja. Tetapi selanjutnya pukulan mulai terjadi," tutur Xhaka.

"Sebagai putranya, narasi ini benar-benar menyentuhku—cerita ini betul-betul ada pada hatiku. Untuk menggambarkan ayahku dengan pantas, kamu harus menghargakan kedalaman penuh ceritanya. Benar-benar ironis. Saya terkadang minta padanya: ‘Ceritakan kembali kepadaku,' tetapi saya masih berpikiran ia belum ungkap semua. Ada selalu peristiwa sunyi yang membuatku berasa ia menelan suatu hal dan tidak ungkap hal sebetulnya. Karena mungkin terlampau berat dan ia ingin anak-anaknya tidak turut rasakan duka cita."

Ragip Xhaka jadi tahanan politik karena mengambil sisi dalam demo melawan pemerintahan komunis pusat di Beograd. Waktu itu umurnya baru 22 tahun dan masih dengan status mahasiswa di Pristina, ibukota Kosovo.


"Ia orang Kosovo yang senang dan ia berasa beberapa orang Kosovo punyai hak untuk dianggap kehadirannya," tutur Xhaka ke Hytner. "Ia perjuangkan hak-hak mereka, hak-hak demokratis dasar, keperluan dasar seperti diperbolehkan pilih. Tidak cuma ia. Ada orang yang lain diamankan, terhitung pamannya, yang sempat dipenjara sekian tahun awalnya. Ia dijatuhkan hukuman 15 tahun. Argumennya diplomatis saja. Ayahku menanyakan: ‘Kenapa kita di sini tidak demokrat? Kita memiliki hak jadi demokrat. Kita memiliki hak didengarkan.'"

Postingan populer dari blog ini

Gregory Camp, Elderly Lecturer, Educational institution of Auckland College of Songs

Next year three German regions, including Saxony, will elect new regional parliaments.

it was up to Hamas to free more hostages.